Segala karunia adalah pemberian Allah Ta’ala yang mesti kita syukuri setiap saat.

Semoga shawalat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita yaitu, Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam.

Sekedar informasi, bulan ini ( Rabiul Awwal 1440 H) adalah bulan dilahirkannya manusia mulia tersebut.
Ulama berbeda pendapat tentang tanggal kelahiran Rasulullah, akan tetapi yang pasti adalah beliau itu telah dilahirkan. Maka patut berbahagialah kita sebagai ummatnya.

Semoga di bulan yang mulia ini kita tambah mencintai Nabi Muhammad shalllahu ‘alaihi wa sallam.
Tentunya dengan lebih giat membaca shalawat, meneladai akhlaknya, mempelajari sejarah hidupnya, dan mencintai ulama-ulama sebagai pewarisnya.

Sahabat Pembaca yang semoga dirahmati Allah, merayakan ulang tahun atau hari kelahiran dari kita mungkin berbeda pendapat.

Ada yang memilih untuk tidak mereyakannya, karena khawatir termasuk orang yang mengikuti kebiasaan orang kafir (non-muslim).

Ada juga yang merayakannya dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Tapi kita yakin, bersyukur atas nikmatnya dilahirkan ke dunia ini, kita pasti sepakat. Itu harus. Setuju ya?

Dan salah satu bentuk bersyukurnya atas nikmat dilahirkan adalah dengan selalu muhasabah diri. Dan dalam tulisan ini saya mengistilahkannya dengan berkaca.

Berkaca adalah kegiatan yang mesti kita lakukan dengan rutin. Pokoknya mah kudu.
Kenapa kita mesti rajin berkaca?

Coba bayangkan, kadangkala kalau kita enggak ngaca (bercermin beneran) sehari saja, kita akan merasa tidak PD. Iya gak? Bayangin kalau kita ngacanya (bercermin) cuman sebulan sekali.
Oke lah, pas baru selesai ngaca mungkin kita masih rapih, masih cantik, masih ganteng.

Tapi bayangin kalo habis sebulan baru ngaca (bercermin) lagi, mungkin jerawat udah timbul lagi, gigi udah kuning, rambut berantakan, muka belepotan, dan hal sejenisnya. Apalagi ngaca (muhasabah) diri, tentunya itu penting banget.

Kalo ngaca (bercermin) itu menggunakan cermin yang nempel di dinding atau lemari baju, maka ngaca (muhasabah diri) itu cerminnya adalah perbuatan yang telah kita lakukan, diri kita yang yang kemarin.

Dengan berkaca (muhasabah) setiap hari, kita akan menyadari diri kita yang sebenarnya.
Menyadari bahwa diri kita itu masih ada rasa sombongnya, rasa rianya, rasa iri ke orang, rasa paling benar.

Menyadari, ternyata kita itu banyak bicara tapi sedikit bertindaknya. Menyadari, kita itu banyak menasehati orang dengan kebaikan tapi kita sendiri masih sering berbuat buruk.

Menyadari apa yang sudah kita lakukan ke diri sendiri, ke orang tua kita, ke saudara kita, ke teman-teman kita, ke rekan kerja kita, dan ke orang sekitar kita.

Menyadari, apakah yang telah kita lakukan sehari-hari itu kebaikan ataukah malah kejelekan.

Dengan berkaca (muhasabah) kita bisa menyadari, apakah kebaikan yang selama ini kita lakukan itu sudah ikhlas karena Allah apa belum.

Yang kita harapkan itu ridho Allah apa pujian manusia ya? Kita akan engeuh (bahasa sunda, artinya menyadari) itu.
Tidak hanya itu, sebagai langkah motivasi diri, berkaca (muhasabah) juga bisa meningkatkan kapasitas diri.
Kita akan tersadarkan bahwa kita itu makhluk yang sempurna, bahwa kita itu dibekali potensi yang luar biasa.

Allah tidaklah “iseng” menciptakan kita untuk menjadi insan yang gagal dan biasa-biasa saja.

Kita diciptakan ditujukan untuk suatu tugas yang mulia, yaitu bermanfaat bagi manusia lainnya, seperti bermanfaat untuk orang tua, saudara, teman, dan orang dilingkungan kita.

Dan tidaklah Allah memerintahkan kita untuk menjadi makhluk yang bermanfaat jika tidak membekali kita dengan fasilitas penunjangnya. Apa itu?

Semua sumber daya yang kita miliki. Akal, tenaga, hati, dan yang lainnya adalah fasilitas yang Allah berikan untuk menjadikan kita manusia yang bermanfaat.

Oleh karena itu, dengan potensi akal, tenaga dan hati yang kita miliki, kita akan bisa berbuat lebih, beramal lebih, dan berfikir lebih baik.

Dengan potensi yang kita miliki kita akan berprestasi. Bukan hanya prestasi juara seperti di sekolah, akan tetapi yang lebih penting prestasinya adalah, kita bermanfaat bagi sesama tanpa menuntut pujian.

Dengan berkacalah (muhasabah) itu semua akan tersadari.

Wallahu a’lam